);

Teknologi Absensi Sidik Jari Mampu Deteksi Kesehatan

Mesin absensi sidik jari dengan fitur baru hasil karya dari tim beranggotakan Bagus Hanindito, Wisnu Wijayanto, dan Cindy Agustina itu memenangi “Fujitsu Innovation Challenge 2013”. Tim mahasiswa Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB menciptakan absensi sidik jari dengan fitur mendeteksi kondisi  kesehatan penggunanya. Cindy dan kedua rekannya memiliki ide mengembangkan perangkat mesin fingerprint untuk dijadikan alat absen sekaligus pendeteksi kondisi kesehatan melalui pengecekan jumlah hemoglobin dalam darah. Mereka menamaklan karyanya dengan “Attendance Record System with Integrated Body Health Information”.

Cara kerjanya, kata Cindy, mengecek deoxygenated haemoglobin yakni hemoglobin yang tidak diikat oksigen. Semakin banyak hemoglobin yang terkena sinar inframerah maka warnanya menjadi gelap dan apabila kurang menjadi terang, warna gelap mengindikasikan kondisi sehat, sedangkan terang artinya seseorang sakit atau sedang kelelahan.

Event challenge ini merupakan ajang kompetisi untuk mahasiswa se-tanah air untuk berkreasi menciptakan aplikasi inovatif dengan menggunakan teknologi otentikasi pembuluh darah terbaru.

Singkat dan Akurat Membaca Potensi Diri Lewat Sidik Jari

analisa sidik jariMeneropong potensi dan bakat seseorang memang tidak mudah. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan, antara lain melalui observasi, pengenalan minat, dan tes psikologi. Tes sidik jari juga bisa diaplikasikan untuk mendeteksi bakat. Salah satu ‘kelebihan’ tes ini adalah prosedurnya relatif sederhana dan singkat.

Pertama, masing-masing jari tangan di-scan dari tiga sisi dengan alat khusus semacam kamera yang terhubung dengan komputer. Proses pemindaian (scanning) berlangsung 10-15 menit, dan hasilnya diproses selama 5-7 hari. “Semua data dikirim ke laboratorium khusus dan dianalisis oleh ahli dermoglifik dari Singapura,” jelas Aju.

Hasil tes ini boleh dibilang 99 persen akurat dan bersifat tetap. Tes ini tidak dipengaruhi oleh kondisi mood atau fisik seseorang pada saat tes. Karena yang diukur adalah sesuatu yang jelas wujudnya dan tidak akan berubah. Jadi setiap orang hanya perlu melakukan tes ini sekali seumur hidup.

Pemindai Sidik Jari di iPhone 5S

Tampil impresif dengan kehadiran pemindai sidik jari untuk memperkuat sistem keamanannya. Sistem pemindai sidik jari bukan hal baru dalam teknologi smartphone. Namun tetap saja, sistem keamanan biometrik ini telah dipermak jadi semakin canggih. Scanner fingerprint sebelumnya telah coba diaplikasi Motorola Atrix 4G pada tahun 2011 lalu. Hanya saja, fitur ini tak mampu mendongkrak pamor Atrix di pasar ponsel dunia. Pun demikian, jejak buruk Atrix tak membuat Apple takut untuk mengadopsi pemindai sidik jari di iPhone sebagaimana dilansir oleh inet.detik.com.

Sensor Touch ID dilekatkan pada home button iPhone 5S berfungsi sebagai kunci dari gerbang keamanan perangkat tersebut. Jadi jika dulu pengguna butuh password, kini tinggal tempelkan jari untuk mengakses iPhonenya. Identifikasi jari yang bisa dikenali sensor touch ID pun bisa multiple, artinya tak terpaku hanya satu jari.

Selain sebagai kunci gembok iPhone, sensor touch ID pun bisa digunakan saat ingin melakukan transaksi di iTunes. Cara kerjanya seperti biasa, setelah memilih aplikasi yang diinginkan, nanti ada pilihan otentifikasi dimana salah satunya menggunakan pemindai sidik jari. Khawatir data sidik jari Anda bocor? Jangan khawatir, sebab Apple mengklaim jika data tersebut tak akan disimpan ke layanan awan atau iCloud sebagaimana sistem absensi Fingerspot Cloud Service.

 

Dampak Buruk Tidak Adanya Mesin Absensi Sidik Jari di Perusahaan

Berikut ini kami share pengalaman dari Dave mengenai penggunaan Absensi sidik jari di perusahaannya:

Beberapa tahun yang lalu, aku sangat mengandalkan data manual yang didapat dari buku absen karyawan untuk mengecek kehadiran mereka. Awalnya menggunakan cara manual terbilang cukup efektif. Namun lama kelamaan cara manual ini membawa dampak buruk bagi perusahaanku sehingga aku pun memutuskan untuk menggunakan mesin absensi sidik jari.

Ada pun beberapa dampak buruk yang pernah aku alami saat menggunakan cara manual untuk mendata kehadiran karyawan adalah:

Meningkatnya ketidakdisiplinan karyawan.
Banyak para karyawanku yang sering datang terlambat dan pulang ke kantor sebelum jam kantor selesai. Sayangnya, aku tidak pernah mengetahui hal ini karena mereka melakukan kecurangan dengan cara menitip absen kepada rekan kerjanya. Aku sendiri baru mengetahui hal ini saat aku mengecek langsung ruang kerja karyawan yang kebenaran pada saat itu banyak yang kosong. Ternyata karyawan tersebut belum datang ke kantor tapi data diabsen menunjukakan jika mereka sudah hadir.

Buruknya kinerja karyawan.
Kebiasaan buruk ini membawa pengaruh negatif terhadap kinerja para karyawan yang tidak disiplin tersebut. Kinerja mereka menurun tajam dan target bisnis mereka tidak pernah tercapai. Hal ini memaksa perusahaanku gagal untuk memenuhi permintaan pasar.

 

Demikian pengalaman penggunaan Dave tentang penggunaan Absensi sidik jari, Bagaimana dengan cerita Anda?

Sumber: mainepronews.com

Cara Ilmiah dan Objektif Membaca Potensi Diri

Selama ini mungkin kita merasa sudah mengenal potensi diri. Namun, kita mungkin merasa belum ‘pas’ dengan pekerjaan yang kita tekuni selama ini. Meski sudah mencapai posisi tinggi. Tes Sidik Jari, sejauh ini, tes sidik jari lebih ‘populer’ di kalangan kepolisian untuk mengungkap berbagai kasus kejahatan. Sidik jari memang sangat diandalkan untuk mengidentifikasi seseorang, karena sifatnya sangat unik dan tidak akan pernah berubah – walaupun mungkin seseorang pernah mengalami luka. Dan, tidak ada dua pola sidik jari yang sama, sekalipun pada orang kembar. Karena, sidik jari terbentuk secara genetik sejak seseorang di dalam kandungan usia 13 minggu dan akan menjadi sempurna pada minggu ke-24. Proses pembentukan sidik jari pun sejalan dengan perkembangan sistem saraf.

Tes sidik jari memang baru diperkenalkan di Indonesia mulai tahun 2008. Awalnya, banyak pihak yang meragukan keabsahan tes ini. Namanya ‘barang’ baru, wajar bila muncul pro-kontra, di kalangan awam maupun akademisi. Banyak yang menghubungkannya dengan palmistry (ilmu rajah tangan) dan ramal-meramal.

“Tes sidik jari memiliki dasar ilmiah dan analisisnya pun dihitung secara computerized, jadi sangat obyektif,” ungkap Aju Shinta Sadewo.

Tes ini berdasarkan teori dermatoglyphic, yaitu ilmu yang khusus mempelajari pola guratan pada epidermal kulit, dari jari dan telapak tangan, hingga jari dan telapak kaki. Riset yang mengungkap keterkaitan antara sidik jari dan fungsi otak sudah dikembangkan sejak abad ke-18. Salah seorang yang berhasil membuktikannya adalah Charlotte Wolff (1897-1986), ahli dermatoglifik. Menurutnya, sidik jari bisa mencerminkan cara berpikir seseorang. Sementara pada tahun 1974, Beverly C. Jaegers menemukan adanya hubungan lebih spesifik antara pola sidik jari dan karakter psikologis seseorang. Dikatakan, setiap jari mewakili salah satu karakter manusia. Ibu jari, misalnya, mencerminkan cara kita mengambil keputusan. Sedangkan jari telunjuk berkaitan dengan cara kita mengekspresikan citra diri di mata publik.